PEMALANG - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pemalang, Wiji Mulyati menyatakan bahwa jumlah PNS di keluarga besar lingkungan hidup ada sebanyak150 orang PNS yang berada di Unit Kebersihan Lingkungan Hidup, Unit Kebersihan dan Pertamanan dan di Laboratorium Lingkungan serta Tenaga Harian Lepas (THL) dan Honorer berjumlah 220 orang terdiri dari penyapu, pengambil sampah dan driver.
Wiji juga menjelaskan, tujuan acara halal bi halal bukan sekedar tradisi namun juga momen penting untuk memperkuat ukhuwah, islamiyah, memperbaiki komunikator dan membangun kerjasama yang lebih erat.
“Semangat adalah modal utama dalam menjalankan tugas di bidang lingkungan hidup yang kompleks namun mulia, karena setiap hari kita bergelut dengan kotoran tetapi tetap semangat memberikan yang terbaik untuk Kabupaten Pemalang,” Harapan tersebut disampaikan Wiji Mulyati dalam acara Halal Bi Halal dan Silaturahmi dengan Keluarga Besar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pemalang di Unit Kebersihan dan Persampahan (UKP) DLH setempat, Kamis (17/4/2025).
Dalam hal ini Pengolahan sampah di Kabupaten Pemalang nantinya diharapkan bisa menggunakan incenerator agar permasalahan sampah bisa teratasi dengan baik.
“Harus pakai incenerator, yang terpenting sampah habis di pengolahan,” pesan Wakil Bupati Pemalang Nurkholes dalam sesi acara sambutan.
Nurkholes juga mengungkapkan, kalau pengolahan sampah di desa, mungkin masih relatif lebih ringan dibandingkan di kota.
“Dampak sampah itu kalau satu hari sampai dua hari saja tidak diambil ini membuat aroma yang tidak sedap di lingkungan ini,” kata Nurkholes.
“Ini PR buat Dinas Lingkungan Hidup bagaimana nanti menciptakan sistem kerja memanage tiga ratus orang pegawainya karyawannya untuk bisa bekerja efektif,” pesannya.
Pemerintah Kabupaten Pemalang, ujar Nurcholes, akan menyediakan alat-alat untuk pengolahan sampah, targetnya di tahun 2025 semuanya harus sudah beroperasi dan sudah bisa mengolah sampahnya sebanyak 250 ton per hari.
“Semuanya hanya bekerja mengumpulkan, alatnya nanti yang mengolah, bukan Ibu yang mengolah,” pungkasnya.
(Eko Budiarto)