Pemalang - Ruangan yang satu ini terasa begitu sunyi, padahal di luar sana suasana begitu ramai dan riuh dengan orang-orang bergembira menunggu peristiwa besar yang akan segera dilaksanakan.
Begitupun Sosok yang satu ini terlihat begitu hening, ia terdiam sejak tadi seakan hanyut dalam kesunyian terbawa doa-doa di dalam hatinya.
Ini adalah kisah seorang anak muda yang begitu gigih dan nekat dalam mencintai Bangsa sejarah dan Negaranya.
Namun apa yang membuat dirinya begitu rela memperjuangkan tanah airnya melampaui segala rintangan bahkan ikhlas menderita dalam Sunyi demi Persatuan. "Inilah sekelumit kisah perjalanan Prabowo Subianto".
Kisah ini berbeda dengan cerita perjalanan banyak tokoh perjuangan, yang biasanya berlatar belakang dari keluarga sederhana atau bahkan keluarga miskin. Ini bukan cerita anak petani sederhana yang hidup dalam kekurangan bahkan kesulitan.
Prabowo kecil lahir dari keluarga yang mapan bahkan berkecukupan dan tidak kekurangan, semua ini berkat sepak terjang sang Eyang yang bukan orang sembarangan dalam sejarah bangsa ini, adalah Margono Joyohadi Kusumo.
Margono Joyohadi Kusumo berperan aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, cerita-cerita perjuangannya ini turun menjadi kisah kepahlawanan yang sering didengarkan oleh Prabowo kecil lewat cerita dan pengalaman sang Eyang.
Nilai nilai kepahlawanan mulai ditanamkan kepada Prabowo melalui berbagai cara, salah satunya melalui pertunjukan wayang, cerita-cerita wayang mengajarkannya tentang kesetiaan, Kepahlawanan, kepemimpinan. Begitu juga cerita tentang kedua pamannya, memang siapa kedua pamannya...? Jika kepahlawanan mengalir kuat dalam denyut darah Prabowo, dua pamannya gugur dalam pertempuran Lengkong untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Semangat dan kegigihan perjuangan sang Paman telah diwariskan lewat nama tengahnya Subianto, tak heran jika jiwa dan kegigihan sang Paman terbawa dan terjaga dengan baik.
Sebagai seorang anak, Prabowo harus meninggalkan Indonesia mengikuti ayahnya. Ayah Prabowo juga seorang tokoh yang disegani dan dihormati. Ia adalah seorang Begawan ekonomi Indonesia yakni Sumitro Joyohadi Kusumo.
Sebagai Seorang ekonom yang diandalkan negara. Pada saat itu Ayah Prabowo harus berpindah-pindah dari satu negara ke negara lainnya, tentu hal ini menjadi tantangan bagi Prabowo di usia anak-anak, karena benih-benih Nasionalisme baru tersemai dan belum tumbuh.
Namun diluar negeri Prabowo menikmati masa kanak-kanak yang penuh Warna. Prabowo muda memperhatikan hal-hal detail dan menyukai peran keahlian strategi, dibesarkan keluarga intelektual tapi tetap menjaga kesantunan ala orang timur, seperti yang diajarkan orang tuanya ketika kecil.
"Kami sering bermain Koboy dan Indian, Ia juga serius saat bermain tentara, mengoreksi cara baris, cara pegang senjata dan memberi contoh di depan.
Ia sangat tertarik dengan dunia militer, pernah suatu saat Kami berkelahi dia saya tonjok namun dia diam saja, rupanya ia dididik untuk tidak memukul perempuan, walaupun demikian hidup di luar negeri sebagai anak Indonesia tidaklah mudah.
Prabowo tak jarang diterpa berbagai cemoohan, hanya karena ia warga minoritas, apakah ini lantas membuatnya menjadi lemah....?
Ternyata Prabowo malah menjadi semakin tangguh, rasa nasionalismenya semakin tumbuh, ia berhasil menyesuaikan diri dan bergaul dengan lues, Ia juga mampu mengikuti pelajaran di sekolah-sekolah internasional karena otaknya yang cemerlang.
Ketika sekolah di Swiss Prabowo menunjukkan jiwa leadership dengan mengambil prakarsa dalam penyusunan anggaran studen senat, padahal masih Junior.
Ibu Dora telah membesarkan anak-anaknya dengan sangat disiplin, kabar baik datang saat ayahnya dipanggil pulang menjabat sebagai Menteri Keuangan.
Prabowo merasakan semangat menggebu timbul banyak pertanyaan dalam dirinya, apa yang bisa kulakukan untuk rakyat di tanah air yang kucintai ini.
Setelah kembali ke tanah air Prabowo muda, gemar berjalan-jalan menjelajahi pulau Jawa, dari sinilah Prabowo mulai melihat dan menjadi saksi langsung kondisi rakyat sesungguhnya.
Kondisi tanah air tak seindah dalam bayangannya, ketimpangan sosial begitu terasa di sudut-sudut pelosok.
Lalu berkat keluesannya pun, Prabowo Muda tidak sulit bergaul dengan beberapa aktivis mahasiswa, salah satu mahasiswa yang peduli dengan kondisi bangsa itu adalah Suhogi, lewat obrolannya dengan Gi, Prabowo mencoba mewujudkan mimpi atas kegelisahan hatinya dengan membuat sebuah "Lembaga Swadaya Masyarakat" bernama Lembaga Pembangunan Indonesia yang ia adopsi dari PeaceCorp saat berada di Amerika Serikat.
Namun apa daya di tengah perjalanan, Lembaga ini tidak berkembang seperti yang diharapkan, meskipun demikian Prabowo tak lantas putus asa, Ia terus mencari jalan lain untuk mewujudkan kecintaannya pada bangsa dan tanah airnya.
Memasuki masa remaja Prabowo dihadapkan dengan pilihan yang sulit, Ia diterima di dua Universitas internasional namun hatinya tetap melekat pada negerinya.
Karena itu Prabowo memutuskan untuk masuk Akademi Militer Nasional di Magelang, selain menguatkan rasa Nasionalismenya, Ia pun ingin melanjutkan mimpi perjuangan sang Paman.
Penggemblengan keras yang ia jalani selama masa pendidikan sebagai taruna membentuk keteguhan dalam dirinya.
Sosok Azwar Syam menjadi teladan dan menginspirasinya untuk menjadi pemimpin yang tegas, disiplin berwibawa tetapi tetap peduli pada kesejahteraan anak buahnya.
Prabowo percaya bahwa seorang pemimpin militer harus berada di garis depan, sebagai salah satu pemimpin di kopasanda Ia dikenal dekat dengan para anak buahnya "saya mengenal Pak Prabowo saat di Akabri, mungkin saya satu-satunya atasan yang pernah menempelengnya dan beliau selalu mengingatnya sebagai bagian dari proses pendidikan".
Menurut kesaksian anak buahnya, Prabowo juga selalu memikirkan rakyat kecil, dan perhatiannya pada negara untuk mewujud keadilan dan kesejahteraan.
Prabowo dianggap terlalu fokus di dunia militer sehingga terkesan melupakan kehidupan pribadinya, Itulah sebabnya baru setelah berpangkat Kapten, Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi (Titiek Soeharto) Putri keempat dari Presiden saat itu Soeharto.
Latar belakang mereka sangat berbeda, Prabowo Tumbuh Di Tengah.keluarga modern dan Lues dalam pergaulan internasional, sementara Titik berasal dari keluarga dengan budaya Jawa yang sangat kental
tradisinya. Meski begitu mereka mampu beradaptasi pada tahun 1984 mereka dikaruniai seorang anak lelaki sungguh sebuah awal perjalanan masa dewasa yang menyenangkan.
Setelah membangun keluarga, Prabowo semakin Cemerlang dalam karir militernya, berbagai posisi dan jabatan penting pernah Ia pegang, ia berhasil memimpin beberapa operasi militer.
Di sini Prabowo mendapat julukan 08 dari satuan anti teror, belum lama dilantik sebagai Brigadir Jenderal pada 8 Desember 1995, Prabowo langsung membawa pasukannya ke Mapenduma untuk menyelamatkan sandra, tak hanya menyelamatkan sandra, Prabowo juga memimpin ekspedisi Kopasus yang bekerja sama dengan beberapa lembaga lain untuk menaklukkan gunung tertinggi di dunia sungguh sebuah pengalaman yang luar biasa.
Namun di tengah karir dan kehidupan yang baru berjalan Prabowo dipaksa menghadapi pilihan yang sangat berat, Indonesia mengalami pergolakan politik yang memaksa Prabowo terseret dalam pusarannya, sungguh sebuah ujian dan masa-masa terberat bagi Prabowo.
Ujian ini menghadapkan Prabowo pada puluhan persilangan pilihan yang sangat berat, apa yang harus dia putuskan....? "kesetiaan kepada atasannya, presidennya, kepada keluarganya istri, kepada bawahan dan pasukannya, kepada negara atau kepada rakyat Indonesia, mana yang harus dipilih...?
Tahun 1998 karir militer Prabowo terhenti, dengan hati yang berat Prabowo harus merelakan apa yang sudah ia bangun selama ini, termasuk karirnya yang harus disudahi.
Tak diam dalam keterpurukan, Prabowo memutuskan untuk pergi ke Yordania, itu adalah negara tempat tinggal sahabatnya, Pangeran Abdullah yang mengundang dan menyambut Prabowo layaknya seorang Jenderal yang pulang dari Medan laga, jauh di negeri orang, hatinya gamang dan terus menerawang memikirkan Indonesia.
Prabowo teringat pada pesan ayahnya agar tetap bersama adiknya Hasim untuk saling menjaga dan saling menguatkan.
Usai dari kehidupan militer, Prabowo mulai membangun usaha bersama sang adik Hasim Joyo Kusumo, perlahan usahanya pun tumbuh dan.berjalan, namun begitulah Prabowo, walaupun usaha dan bisnisnya terus membaik dan menanjak, Prabowo tetap memikirkan Indonesia, negaranya, bangsanya dan perhatian Prabowo kepada masyarakat Indonesia tak bisa lepas.
Sampai Pada suatu hari sebuah kabar membuatnya ingin segera kembali ke Indonesia. Sang ayah jatuh sakit, namun posisi kondisi dan situasi saat itu membuat kepulangan Prabowo pulang tidak mudah dalam menjejakkan kakinya kembali di tanah yang ia cintai, namun bagaimana kisah dan upaya Prabowo untuk pulang.
Orang yang membantu kepulangan Pak Prabowo kembali ke Indonesia memang Pak Taufik kemas yang berkomunikasi dengan Pak Prabowo.
Dan disampaikan waktu Bu Mega menjadi wakil Presiden dan saat itu Presidennya almarhum Gus Dur.
Perjalanan panjang seorang Prabowo yang begitu besar keinginannya membantu rakyat serta memajukan bangsa dan negara sungguh sebuah mimpi besar yang masih gelap ujungnya dan tidaklah mudah.
Prabowo yang pulang ketanah airnya banyak kesulitan, namun atas kesaksian baik beberapa tokoh bangsa terhadap Prabowo, akhirnya Prabowo berhasil pulang kembali ke tanah air pada awal tahun 2000.
Sayangnya tak lama kemudian pada tahun 2001 Ayahandanya Pak Sumitro Joyohadi Kusumo meninggal dunia di usia 81 tahun.
Sungguh itu menjadi tahun-tahun yang berat bagi seorang Prabowo, ujian demi ujian datang menghadang silih berganti, namun Prabowo tetap tegar dan pantang menyerah pada mimpi dan cita-citanya, yakni berbakti pada negeri dan turut membantu meringankan beban rakyat. Setelah merasakan sendiri turbulensi, Gejolak bahkan politik.
.
Prabowo menyadari bahwa turut berjuang dalam negara dan bangsa adalah dengan terjun ke politik.
Praktis Ia pun memutuskan untuk mendirikan sebuah partai yaitu partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra pada tahun 2008.
Dari sinilah awal karir politik Prabowo dimulai, jalannya tidak mudah dan terus menghadapi ujian demi ujian lagi tidak hanya satu kali, tetapi berkali-kali dan ini sungguh menjadi sebuah perjalanan politik yang luar biasa bagi seorang Prabowo.
Sampai pada satu saat Prabowo harus dihadapkan lagi dengan ujian politik yang berat yakni harus bersaing dengan kandidat terkuat seorang lawan yang dulunya adalah kawan dan mantan orang yang ia dukung dalam kontestasi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta yaitu Joko widodo atau Jokowi.
Setelah kalah di Pilpres 8 Juli 2014, pada tahun 2019 untuk kedua kalinya Prabowo.dikalahkan lagi oleh lawan yang sama yakni Jokowi.
Sungguh situasi yang sangat memukul bagi.Prabowo, apakah kegagalan Ini akhirnya sanggup menghentikan langkah Prabowo.
Pada suatu hari Sabtu di stasiun MRT Lebak Bulus Prabowo meringankan kakinya untuk bertatap muka langsung dengan Jokowi pesaing terkuatnya dalam dua kali Pilpres.
Pertemuan Prabowo dengan Jokowi sungguh sebuah gambaran betapa besarnya jiwa Prabowo yang rela merendah dan mengalah demi bangsa demi negara dan demi persatuan rakyat.
Lantas Prabowo.menyadari bahwa membantu dan memajukan rakyat Indonesia tidak harus selalu dengan cara menjadi pemimpin tertinggi, baginya keutuhan bangsa lebih penting di atas kepentingan golongan, Prabowo menerima tawaran rekonsiliasi dari Jokowi, itulah yang membuat Prabowo menerima jabatan sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia.
Rasa cinta tanah air bangsa dan Negara memang sulit untuk bisa dibayangkan dan digambarkan dalam perjalanan panjang hidup, karir, perjuangan dan kontestasi politik seorang Prabowo Subianto.
Seorang anak dari keluarga yang mapan tersohor dan punya tempat dalam sejarah negeri ini tentu tak perlu pusing apalagi harus berjibaku dengan begitu banyak ujian, sejak pendidikan dan tempaan dunia militer telah membentuk Prabowo menjadi pribadi tangguh yang tidak mudah menyerah pada ujiandan tidak membuat Prabowo menyerah menjalani kegagalan kegagalan serta tidak menjadikan semangat Prabowo kandas ataupun rapuh, justru semakin gigih untuk mewujudkan keinginannya.
Didorong oleh rasa cinta kepada tanah air agar dapat membantu rakyat dan memajukan bangsa.
Tahun 2024 sebuah kisah dan babak baru perjalanan politik Prabowo bermula bersama Putra sulung Jokowi Gibran Rakabuming Raka.
Prabowo mengusung sebuah gagasan yang begitu sederhana namun itu Mulia, yakni Makan siang bergizi cuma-cuma kepada anak-anak Indonesia, gagasan Ini akhirnya didukung mayoritas rakyat Indonesia.
Hal ini juga yang membawa Prabowo dan Gibran terpilih menjadi pasangan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia tahun 2024-2029.
Prabowo Subianto Presiden Republik Indonesia ke 8, siap menjalankan tugasnya sebagai kepala negara dan Pemerintahan. (Eko B Art)
Sumber : Melansir dari Tayangan YouTube (Vlog_Documentary).