Menurut Nikson Nababan, pencalonan istrinya bukanlah sekadar ambisi pribadi, melainkan upaya untuk melanjutkan pembangunan di Tapanuli Utara yang telah berjalan selama kepemimpinannya.
Nikson Nababan menegaskan bahwa isu-isu yang beredar mengenai “dinasti politik” dan kepemimpinan perempuan dalam adat Batak tidak relevan dengan konteks pemerintahan.
Menurutnya, bupati adalah pemimpin pemerintahan, bukan pemimpin adat, sehingga tidak ada alasan untuk menolak pencalonan Satika Simamora berdasarkan gender atau adat.
Nikson Nababan juga menyinggung keberhasilan program – program pembangunan yang telah dilaksanakan selama dua periode masa jabatannya, seperti pembangunan jalan hotmix hingga ke desa – desa, pelayanan kesehatan gratis di puskesmas, serta bantuan untuk para petani.
Ia menekankan bahwa keberlanjutan program – program ini sangat penting dan akan diteruskan pasangan calon Satika Simamora-Sarlandy Hutabarat.
Konsolidasi partai di Kecamatan Pangaribuan dan Sipahutar ini juga menunjukkan soliditas dukungan dari para kader PDI Perjuangan.
Pekik “Merdeka” menggema di lokasi acara, disertai dukungan penuh dari berbagai sayap partai, seperti Banteng Muda Indonesia (BMI), Relawan Pembela Demokrasi (Repdem), dan Taruna Merah Putih (TMP).
Oppu Ramot Gultom, juga mengapresiasi hasil kerja Nikson Nababan selama menjabat sebagai Bupati Tapanuli Utara.
Pembangunan SMA Negeri 2 Pangaribuan, misalnya, telah membantu meringankan beban orangtua yang sebelumnya harus mengeluarkan biaya besar untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke Tarutung.
Dukungan terhadap pasangan Satika Simamora – Sarlandy Hutabarat pun semakin kuat, dengan harapan keberlanjutan pembangunan ini akan terus terjaga tandasya.
(Satria)
