-->
  • Jelajahi

    Copyright © Metronewstv.co.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kominfo Nisel


    Dinkes Kab Nisel

    Sports

    Ratu Adil Atau Satrio Piningit

    Metronewstv.co.id
    Monday, April 1, 2024, 09:58 WIB Last Updated 2024-04-01T02:58:20Z

    Pemalang - Panjalu antara 1135 hingga 1159 M diperintah oleh seorang Raja yang menggunakan gelar Abhiseka cukup panjang, yakni "Sri maharaja sang mapanji jayabhaya sri warmeswara madhusudana awataranindita suhtrisingha parakrama uttunggadewa" kita sebut saja dengan pendek sebagai Raja jayabaya. 


    Sejumlah prasasti yang dikaitkan dengan eksistensinya adalah prasasti hantang, prasasti talan dan prasasti jepun. 


    Masa ini dianggap sebagai masa di mana Panjalu atau Kadiri mencapai puncak kejayaannya,  di masa ini pula Panjalu berhasil menguasai Jenggala, lantas disatukan dalam Pemerintahan yang sama. 


    Sebuah prasasti bernama prasasti hantang menjadi bukti kemenangan Panjalu atau Kadiri dengan terteranya larik berbunyi "panjalu jayati" atau kadiri menang. 


    Uniknya dari catatan kekunoan tentangnya di masa lalu,  namanya sering dikaitkan dengan ramalan-ramalan populer yang disebut sebagai ramalan jayabaya atau jangka jayabaya. 


    Keganjilan paling kentara dari ramalan jayabaya adalah bahasanya yang berupa bahasa jawa era baru, bukan bahasa jawa kuno sesuai masa hidup prabu Jayabaya. 


    Ya..tentu saja bahasa jawa baru belum lahir, atau belum ada di masa prabu jayabaya. 


    Sebagai catatan di antara bahasa jawa kuno dan bahasa jawa baru, masih ada bahasa jawa era tengahan yang biasa digunakan para pujangga di lontar-lontar era majapahit akhir.


    Dengan demikian sekali lagi jika melihat bahasa yang digunakan dalam jangka jayabaya, karya ini lebih masuk sebagai karya sastra jawa baru. 


    Jika menyimak sejumlah terbitan yang ada yang menggunakan sebutan jangka jayabaya atau jongko joyoboyo cukup banyak, namun para peneliti kesusastraan meyakini bahwa sumber utamanya berasal dari kitab musarar karya sunan giri ke-3 atau sunan giri prapen di masa pemerintahan sultan agung mataram. 

    Selanjutnya kitab ini digunakan oleh para pujangga sebagai rujukan untuk melahirkan karya-karya turunan dengan menggunakan sebutan jangka jayabaya atau jongko joyoboyo. 


    Salah satunya dilakukan oleh Pangeran kadilangu ke-2 yang juga terkenal sebagai penulis babad dengan cara mengutip kisah dalam sastra jawa kuno seperti bharatayuda,  lalu menggabungkannya dengan kitab musarar hingga menjadi karya sastra sesuai jamannya yakni era jawa baru. 


    Ada juga analisa yang lebih kontemporer mengenai kesalahpahaman memaknai maksud kata dalam jangka jayabaya, jangka berarti petunjuk atau pralambang yang lantas belakangan dipahami sebagai ramalan, sementara jayabaya berarti kemenangan dari bahaya. 


    Dengan demikian jangka jayabaya memiliki tafsiran arti petunjuk untuk menang saat menghadapi bahaya, sebuah alarm peringatan agar waspada jika sudah muncul tanda-tanda yang dianggap berbahaya, mereka yang waspadalah yang akan menang atau selamat dari bahaya. 


    Maka arti jangka jayabaya pada akhirnya memang tidak terkait sama sekali dengan prabu jayabaya penguasa Kadiri, meski tidak bisa dipungkiri di masa beliau kehidupan sastra juga sangat berkembang. 


    Kakawin bhāratayuddha versi jawa kuno yang digubah oleh empu sedah dan empu panuluh lahir di masa prabu jayabaya ini. 


    Terlepas dari bagaimana riwayat sesungguhnya jangka jayabaya itu, juga benarkah isi ramalan jongko joyoboyo...?  Namun paling tidak melalui karya sastra yang diserat para leluhur tersebut hendaknya petuah-petuah di dalamnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu eling lan waspada menghadapi jaman yang terus berubah. 


    Lalu apa sajakah ramalan dalam jangka jayabaya yang dianggap populer, beredar di masyarakat dan dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi di pulau jawa?


    Soekarno politisi ulung sekaligus presiden indonesia pertama yang paham kebudayaan jawa merasa perlu menukil ramalan tersebut dalam pledoi pembelaannya di pengadilan belanda pada 1930.


    Pledoi yang kemudian kita kenal dengan "indonesia menggugat" Soekarno menyebut tentang "ratu adil".


    Bunyi larik dalam ramalan jayabaya yang dinukil oleh Soekarno adalah sebagai berikut: "Gunung-gunung akan meletus. Bumi bergoncang-goncang. 


    Langit dan sungai akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi setelah masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru. Jaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Jaman keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah datangnya ratu adil atau satrio piningit".


    Jangka jayabaya atau jongko joyoboyo juga mengidentifikasi sebuah jaman di mana ramalan itu mulai dinyatakan terjadi. 


    Jaman yang disebut jaman jayabaya, lalu apa saja tanda jaman itu...?


    "Besok kalau ada kereta tanpa kuda, tanah jawa berkalung besi, perahu berjalan di atas awan, sungai kehilangan cekungan terdalamnya, pasar kehilangan suara keramaiannya, itu pertanda bahwa jaman jayabaya sudah dekat", (tidak menggunakan kata naskah aslinya). 


    Kereta api ditemukan pada 1784 oleh william murdoch, pemerintah belanda membuat kalung besi atau rel besi di jawa untuk pertama kalinya pada hari jumat tanggal 17 juni 1864 untuk rute Semarang - Tanggung. 


    Sementara itu, Wright bersaudara berhasil menerbangkan pesawatnya pada tanggal 17 desember 1903. Anthony foker, orang belanda kelahiran Blitar jawa timur berhasil memproduksi pesawat untuk pertama kalinya di tahun 1910, yang lantas pindah ke jerman untuk mendirikan pabrik "perahu sing mlaku ing duwur awang-awang" itu di Berlin Jerman. 


    Kenyataan menunjukkan khususnya di perkotaan, "sungai sudah kehilangan mata air, tertutup beton-beton maupun aspal. Manusia menyedot air dari tanah melalui sumur bor dan minum dengan menggunakan air-air yang didatangkan jauh jauh dari pegunungan, dikemas dalam galon, botol maupun gelas plastik. Sementara itu hiruk-pikuk transaksi pasar memang pelan-pelan lenyap, berganti dengan pembelian online lewat ponsel pintar, yang jarang bisa ditawar. 


    Jika sudah demikian apakah semua tanda-tanda itu mulai menunjukkan berlakunya jaman Joyoboyo...?


    Konflik besar di dunia diyakini juga telah diramalkan dalam jongko joyoboyo, hal ini telah disebutkan dalam sebuah perlambang, "Besok kalau ada peperangan dari timur, barat, selatan dan utara, banyak orang baik akan sengsara, di masa ini akan semakin banyak bangsa pucat atau eropa yang datang membawa tongkat dan bisa membunuh dari jarak jauh. Sementara kedatangan bangsa kuning yang lebih menindas walau dalam tempo singkat digambarkan sebagai terjajah seumur jagung oleh orang cebol.  Di mana dengan mudah hal ini sudah bisa kita artikan sebagai periode penjajahan bangsa Jepang. 


    Masalah sosial politik juga tidak lepas dari larik-larik dalam jongko joyoboyo di antaranya berbunyi demikian


    "Orang baik sering ditolak, tukang makan suap semakin menjadi jadi, ada pencuri berperut besar, banyak orang memiliki harta tapi hidup sengsara, durjana semakin sempurna, orang jahat justru naik pangkat, orang mulia dipenjara, yang jujur malah bernasib buruk, perempuan memakai pakaian laki-laki, perempuan menunggang kuda (berkendara), banyak buruh menantang majikannya, majikan jadi umpan, yang bersuara keras mendapat pengaruh, perawan hanya seharga lima (murah), banyak ibu menjual anaknya, banyak perempuan menjual diri, banyak orang bertukar pasangan (suami - istri), banyak perawan tua, banyak janda malah melahirkan anak, banyak bayi lahir mencari ayahnya, guru dimusuhi, tetangga saling curiga, pedagang banyak yang tenggelam (bangkrut), banyak barang haram, banyak barang terbuang sia-sia, banyak orang kelaparan dan tak berpakaian, para penjual penuh akal-akalan (siasat), orang mencari makan seperti beras ditampi, yang cekatan terlewat, yang besar tersesat, yang kecil terpeleset, yang sombong terbentur, yang takut akan mati, yang nekat mendapat berkat, yang takut akan tertindih, yang ngawur akan makmur, yang hati-hati merintih, yang gila-gilaan malah kebagian, pedagang berjualan semakin laris tapi hartanya malah ludes, dan masih banyak lagi perlambang lain yang jumlahnya ratusan larik serta cenderung keadaan jaman yang terbolak balik. 


    "Jaman edan - kalau tidak edan tidak kebagian". Namun demikian hal yang paling populer, paling ditunggu sekaligus paling misteri dari ramalan Joyoboyo adalah munculnya Satrio piningit atau satrio yang dirahasiakan keberadaannya oleh alam sekian lama muncul untuk membuat sebuah perubahan besar yang sifatnya kemakmuran bagi Nusantara dan memiliki pengaruh besar bagi dunia. 


    Benar tidaknya semua ramalan itu, namun kami rasa yang paling utama dan lebih penting adalah menangkap siratan pesan di dalamnya bahwa hendaknya kita selalu ingat dan waspada dalam menjalani jaman yang terus berkembang dengan cepat setiap saat. 


    Sikap ini akan membuat kita tidak mudah kagetan atau mudah heran, bisa mengurai masalah secara baik dan memperhitungkan tiap langkah yang akan kita lakukan dengan bijak dalam menjalani kehidupan yang tidak pasti. 


    (Eko B Art)

    Komentar

    Tampilkan