-->
  • Jelajahi

    Copyright © Metronewstv.co.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kominfo Nisel


    Kab. Banyuasin

    Sports

    Sekitar 120 H Hamparan Sawah Darat Terancam Gagal Panen Akibat Kekurangan Air

    Metronewstv.co.id
    Friday, March 15, 2024, 09:06 WIB Last Updated 2024-03-15T02:06:15Z

    Kaur - Hamparan sawah darat di Kecamatan Kelam Tengah, terdapat sebuah masalah yang terus menghantui para petani, sawah darat yang kekurangan air, disebabkan rusaknya tanggul bendungan Air Kelam yang terletak di Desa Siring Agung.


    Tanggul yang seharusnya menjadi penyokong utama dalam mengairi sawah petani kini sudah rusak parah, ini menyebabkan 120 hektar lebih sawah mengalami kekeringan. Sehingg warga setempat bersatu dalam semangat gotong royong untuk mencari solusi dengan memperbaiki tanggul, Kamis (14/03/2024). 


    Ketua Hamparan Sawah Darat Rupiadi memaparkan bahwa masalah tanggul bendungan sudah bukan hal baru. Upaya perbaikan sudah dilakukan sebanyak tiga kali, namun hujan deras terbaru telah kembali merusak apa yang sudah diperbaiki.


    “Dalam gotong royong kali ini, warga menggunakan peralatan sederhana untuk memperbaiki tanggul bendungan. Namun, ada kekhawatiran yang menghantui,  jika hujan kembali turun dengan deras, akan ada tendangan air kuat yang dapat menjebolkan kembali tanggul tersebut,” ujar Rupiadi.


    Rupiadi tidak menyangkal bahwa perbaikan tanggul bendungan adalah solusi jangka pendek yang sangat dibutuhkan. Namun, dia juga mengharapkan bantuan dari pemerintah Daerah untuk meninjau kondisi bendungan secara menyeluruh, serta menyediakan solusi jangka panjang yang lebih berkelanjutan.


    Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Kades Siring Agung, Nadarman, yang menjelaskan bahwa tanggul bendungan yang rusak telah mengakibatkan dampak serius bagi ratusan hektar sawah petani. Meskipun sudah beberapa kali mengalami kerusakan, tanggul ini tetap menjadi infrastruktur vital yang harus segera diperbaiki, ungkap Nadarman.


    Sementara itu, Kades Talang Tais Esdy Nofyan, menyoroti bahwa meskipun tanggul bendungan sudah diusulkan kepada pemerintah, belum ada tindak lanjut yang signifikan. Dalam situasi darurat seperti ini, warga terpaksa bergantung pada semangat gotong royong untuk memperbaiki apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama.


    “Walaupun gotong royong dalam menghadapi tantangan besar seperti kekurangan air di sektor pertanian. Namun, juga menjadi refleksi bahwa perlunya dukungan dan perhatian dari pemerintah dalam memastikan infrastruktur vital seperti bendungan tetap terjaga dan berfungsi dengan baik,” imbuh Esdy Nofyan. 


    Tanggul bendungan yang rusak merupakan ancaman serius bagi lahan pertanian di sekitarnya. Bukan hanya bencana banjir yang bisa menghancurkan tanaman, tetapi juga potensi kekeringan yang dapat mengeringkan sumber air irigasi vital bagi pertanian. Dengan demikian, memperbaiki tanggul bendungan tidak hanya menjadi tanggung jawab teknis semata, melainkan juga sebuah keharusan moral bagi pemerintah dan instansi terkait.


    “Harapan tulus dari para petani dan masyarakat pedesaan kini terpaut pada Pemerintah Daerah dan instansi terkait untuk menangani permasalahan yang tengah melanda, yakni kerusakan tanggul bendungan. Masalah ini bukan hanya sekadar kerusakan fisik, namun dampaknya mencakup spektrum luas, dari ketahanan pangan hingga kesejahteraan masyarakat.” Tutup Esdy Nofyan. 


    (Ilpitar)

    Komentar

    Tampilkan