-->
  • Jelajahi

    Copyright © Metronewstv.co.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Kominfo Nisel


    Dinkes Kab Nisel

    Sports

     

    Dinamika Pemilihan Kepala Desa yang Sehat dan Bermartabat

    Metronewstv.co.id
    Saturday, April 22, 2023, 07:16 WIB Last Updated 2023-05-27T09:08:51Z


    Pemilihan kepala desa sebagai salah satu agenda besar demokrasi mewajibkan masyarakat untuk memilih pemimpinnya secara langsung. Jumblah pemilih yang tinggi dan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda kerap menyebabkan pertentangan dan gesekan di publik terjadi. 


    Keadaan inilah yang kemudian kita sebut sebagai Dinamika. Secara etimologis, kata dinamika berasal dari bahasa Yunani yakni “dynamics” yang bermakna kekuatan. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinamika artinya gerak dari dalam, tenaga yang menggerakkan, dan semangat.


    Ada juga pandangan lain dari seorang bernama Slamet Santoso (2004) tentang dinamika, menurut Slamet dinamika adalah tingkah laku yang langsung mempengaruhi warga lain secara timbal balik.


    Di sadari atau tidak disadari pengertian tentang dinamika tersebut telah terpraktekkan dalam momentum konsolidasi pemilihan kepala desa. Arti dinamika sebagai kekuatan, gerak dari dalam dan semangat sangat relevan dengan keadaan di masyarakat. Walaupun dinamika adalah hal yang lumrah dalam satu perhelatan politik namun ternyata masih ada masyarakat yang masih merasa tabuh. Dinamika dalam konteks yang lain mungkin di pahami oleh masyarakat namun kalau dalam konteks Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) khususnya di desa Taekas Kacematan Mimaffo Timur Kabupaten Timor Tengah Utara, dinamika masih di anggap sebagai hal baru. 


    Menurut penulis hal ini terjadi karena beberapa faktor yakni:

      1. Rendahnya tingkat pendidikan

      2. Minimnya asupan informasi dan

      3.  Pengalaman yang sangat terbatas

     

    Selain masyarakat yang masih merasa tabuh dengan dinamika ada juga yang sudah sangat paham dengan dinamika dan malah telah berhasil menerapkannya di lapangan. Dua karakter masyarakat yang paham dan tidak paham inilah yang kemudian turut melahirkan dinamika. 


    Selain itu ada juga faktor lain yang mempengaruhi dinamika itu lahir yakni keberpihakan terhadap salah satu kandidat atau figur.  Ini merupakan faktor politis yang wajar dan secara signifikan mempengaruhi tensi Pilkades. Bagi orang yang sangat paham dengan dunia politik mereka akan menjadikan dinamika sebagai strategi untuk mencapai kemenanagan. Sebaliknya bagi mereka yang cenderung menolak dinamika akan tergilas oleh dinamika itu sendiri. 

     

    Dinamika yang mulai di hidupkan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud untuk mengakomodir segalah bentuk harapan dan cita-cita yang di kehendaki oleh kelompok tertentu kemudian memunculkan isu sebagai “senjata” untuk melumpuhkan pihak lawan. Dalam kehidupan berdemokrasi dinamika tidak di larang namun ada batasan-batasan yang harus di patuhi dan di jalankan dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. 


    Contohnya dalam membangun isu harus isu yang sehat dan bermartabat. Apalagi jika isu tersebut menjadi konsumsi publik maka akan sangat berbahaya jika di kemas dengan dendam dan kebencian. Silahkan ciptakan isu karena di alam demokrasi ini tidak ada yang melarang. Akan tetapi harus bisa di pastikan agar jangan sampai isu itu membawa kita pada kehancuran.

     

    Menurut penulis apapun ukuran dinamika yang baik dan ideal, ukuran paling tinggi adalah dinamika yang sehat dan bermartabat. Sangat tidak elok jika hubungan dan relasi yang sudah di bangun bertahun-tahun hancur karena sebuah isu. Amat di sayangkan pula jika kita  terpecah belah hanya karena sebuah isu. Dan lebih di sesalkan jika hubungan darah di antara kita sebagai sesama saudara terputus hanya karena sebuah isu murahan. Jika ingin menyerang, seranglah gagasan, ide dan pemikirannya bukan fisik, bukan rambut, bukan warna kulit, bukan agama, bukan suku, bukan ras dan bukan etnis. 

     

    Pertarungan yang sehat adalah pertarungan yang mengadu visi-misi dan program kerja bukan asal-usul suku, agama, etnis dan budaya. Mungkin yang penulis tangkap ini akan berbeda dengan yang di lihat oleh orang lain. Namun panulis yakin apa yang penulis sampaikan di atas tidak keliru karena penulis juga mengikuti secara baik dinamika yang selama ini terjadi di masyarakat baik di media sosial maupun di lapangan. 


    Dalam dinamika politik martabat lawan juga harus di hargai dan junjung tinggi. Ibarat dalam peperangan jika ingin menjadi seorang satria sejati maka wajib hukumnya untuk menghargai dan menjunjung tinggi harga diri dan wibawa dari pihak lawan. Jangan semena-mena karena kebebasan sekalipun juga memiliki batasnya. 

     

    Kini di media sosial banyak isu bertebaran namun kebanyakan dari isu itu sangat sedikit yang menghargai sisi martabat dan harga diri orang lain. Saya merasa banyak masyarakat telah termakan dengan doktrin yang menganggap bahwa “Politik itu keras, jadi apapun bisa di halalkan dan siapapun bisa di korbankan.” Kasihan masyarakat awam ketika mereka terpapar oleh doktrin seperti ini pasti tidak bisa berbuat banyak dan dengan serta-merta akan menelannya bulat-bulat tanpa menguji kebenarannya terlebih dahulu. Hal semacam ini yang kemudian membawa pengaruh buruk dalam kontestasi Pilkades dan membahayakan demokrasi.


    Harapan banyak orang adalah mereka akan sangat senang apabila tensi politik memanas karena persaingan ide dan gagasan. Dan mereka sekaligus akan sangat kecewa dan menyesal jika memanasnya Pilkades di sebabkan karena saling serang untuk menghancurkan. Realitas sosial politik semacam ini sementara terjadi dan tidak bisa kita pungkiri. Sebagai negara yang demokratis wajib untuk berefleksi dan melakukan pembenahan karena nilai demokrasi terus terjaga dan sementara ini nilai luhur demokrasi sedang di pertaruhkan dalam momen Pilkades. Bukan ingin mengutuk tapi saya berkeyakinan bahwa kita bisa gagal menjadi negara demokrasi apabila kesadaran masyarakat tentang politik yang sehat dan bermartabat masih rendah. Bahkan kita akan kehilangan DNA kita sebagai negara demokrasi apabila terjadi perpecahan dan pertumpahan darah hanya karena berbeda politik.

     

    Kita mesti sadar bahwa walaupun arena perhelatan pemilu hanya di level desa akan tetapi nilai demokrasi tetap di pertaruhkan. Justru momentum Pilkades adalah arena yang paling murni dalam menguji seberapa demokratis bangsa ini. Tentu untuk menjadi negara yang benar-benar demokratis membutuhkan proses perjuangan yang panjang. 


    Namun saya tetap percaya dan optimis bahwa dari waktu ke waktu masyarakat kita akan menjadi lebih bijakasana dalam berpolitik. Intinya tetap menjaga kesadaran, rasionalitas dan perasaan agar dinamika yang sehat dan bermartabat dapat terus tumbuh dan terpelihara dengan baik. 

     

    Orang tentu memiliki ukurannya masing-masing tentang dinamika politik yang baik dan ideal. Namun penulis yakin bahwa dinamika politik yang paling baik dan ideal hanyalah dinamika yang sehat dan bermartabat. Penulis juga berani simpulkan bahwasannya orang atau kelompok yang tetap menganggap tabu dan cenderung menolak dinamika dalam Pilkades akan bertemu dengan kegagalan. 


    Hal ini terjadi karena dinamika adalah elemen penting  dari sebuah perubahan, bahkan perubahan itu akan menjadi hal yang utopis atau mustahil jika di dalam prosesnya tidak ada dinamika. Bahkan karena dinamika begitu penting dalam proses perubahan, orang kemudian menganggap proses (dinamika) dalam konteks apapun sebagai hal yang paling penting daripada hasil. Sudah tentu kedepan dinamika yang terjadi pasti tensinya akan lebih tinggi dari yang sekarang. Karena semakin kita dekat dengan momentum pemilihan dinamikanya pasti akan semakin memanas. 


    Hingga ketika perhelatan ini selesai dengan sendirinya semua keadaan yang menegangkan itu akan kembali normal seperti biasa. Sampai sekarang penulis melihat di banyak tempat terlebih di desa Taekas  khususnya dinamikanya masih wajar dan belum ada yang terlihat bombastis dan membahayakan. Artinya untuk sementara waktu keadaannya masih aman. 

     

    Dalam dunia pergerakan terkenal sebuah adegium “Bangsa Yang Menolak Perubahan Akan Tergilas Oleh Perubahan Itu Sendiri”. Masih dalam kaitannya dengan dinamika Pilkades seorang politikus sekaligus akivis 98 bernama Adian Napitupulu, pernah berkata “semakin tinggi dinamika dan partisipasi masyarakat dalam setiap momentum pemilu maka semakain demokratis pula masyarakat tersebut.” Oleh karena itu silahkan masing-masing kita mainkan dinamika politiknya tapi ingat harus dengan cara yang sehat dan bermartabat karena hanya dengan begitu kedemokratisan kita sebagai sebuah bangsa akan tetap terjaga abadi. Merdeka !


    Penulis : Oswin Pace Esterlino Nule

    Editor : Admin

    Komentar

    Tampilkan