NAGEKEO, - Proyek Preservasi Jalan Gako-Aegela-Danga (Mbay)-Nila-Marapokot, Kabupaten Nagekeo, propinsi NTT dengan nilai sekitar Rp 6,2 Milyar yang dilaksanakan oleh PT. Bina Citra Teknik Cahaya (BCTC) diduga dikerjakan asal jadi alias tidak sesuai spesifikasi teknis (spek) dan bestek. Karena tipisnya lapisan hotmix (hanya sekitar 1 cm, red) dari pekerjaan pecing tersebut maka tampak seolah-olah jalan negara itu ‘diplamir’ dengan hotmix. Bahkan ada sekitar 40 titik pecing yang telah dikerjakan, tampak telah retak, pecah, amblas, hancur dan terbongkar dari badan jalan.
Seperti disaksikan Tim Media ini pada Kamis (17/11/22), terdapat sekitar 40 titik yang telah selesai di-pecing yang telah retak, pecah, amblas, hancur dan terbongkar. Saat itu Tim Media ini kebetulan melewati ruas jalan tersebut menuju Ibukota Kabupaten Nagekeo, Mbay. Saat melintasi ruas jalan di Aegela menuju Raja, mulai tampak pekerjaan pecing yang retak, pecah, hancur dan terbongkar. Tim Media ini pun menghentikan kendaraan dan mengambil gambar jalan yang rusak itu dibeberapa titik.
Namun semakin jauh menelusuri ruas jalan dari Aegela menuju Raja tersebut, tampak semakin banyak titik pecing yang telah selesai dikerjakan. Namun sebagian besar dari titik-titik pecing Di Desa Ulupulu hingga pasar Raja yang telah selesai dikerjakan sebulan terkhir itu, telah kembali retak, pecah, amblas, hancur dan terbongkar. Ada sekitar 40 titik pecing yang telah retak, pecah, amblas, hancur, dan terbongkar. Kerusakan ini mulai terlihat dari Kecamatan Aegela hingga Raja, Kabupaten Nagekeo.
Di ruas jalan tersebut, tim wartawan juga menemukan pekerjaan pecing yang asal jadi. Hotmix lama tidak dipotong (cutting) tapi langsung dilapisi hotmix yang sangat tipis. Bahkan ketebalan lapisan hotmix tersebut kurang dari 1 cm. Akibatnya, pekerjaan yang tak sesuai spek dan bestek itu tampak seperti jalan negara sedang diplamir dengan hotmix. Tim Wartawan juga menemukan adanya titik-titik pecing yang tidak dipotong (cutting) sebelum di-pecing.
Padahal sesuai spek dan bestek pekerjaan pecing, titik-titik jalan hotmix yang retak, pecah, amblas, hancur dan terbongkar, seharusnya dipotong (cutting). Lalu aspal yang hancur diangkat/dikeluarkan dari badan jalan. Agregat dititik tersebut juga harus diganti karena tidak mampu menjadi fondasi jalan (menjadi penyebab kerusakan, red).
Kemudian agregat yang menjadi penyebab rusaknya jalan tersebut diganti dengan agregat yang sesuai spesifikasi. Lalu agregat itu dipadatkan kembali (dengan tonase alat yang sesuai spek) dan disiram prime coat (aspal pengikat, red). Kemudian, dilakukan pelapisan hotmix kembali (pecing, red).
Pada Sabtu (20/11/22) saat Tim Wartawan melintasi Ruas Aegela menuju Kota Mbay, Tim wartawan kembali menemukan pekerjaan pecing yang tidak sesuai bestek dan spesifikasi teknis (spek). Saat melintas di Ruas Jalan Negara Aegela-Danga, tepatnya di Kesidari, tampak dari mobil yang sedang melaju, terlihat adanya titik-titik pekerjaan pecing yang diduga tidak sesuai spek dan bestek alias dikerjakan asal jadi.
Seperti disaksikan Tim Wartawan, pekerjaan pecing di ruas tersebut tampak sangat tipis bahkan ada yang tidak mencapai tebal 1 cm. Sebagian besar titik yang diperbaiki alias di-pecing tidak dilakukan pemotongan aspal (hotmix yang rusak, red). Kontraktor juga tidak mengganti/mengeluarkan aspal yang rusak (cutting, red). Sudah tentu agregat yang menjadi pondasi jalan dititik yang rusak tersebut. Padahal agregat tersebut menjadi penyebab kerusakan jalan tersebut.
Yang tampak, titik hotmix yang rusak langsung disiram prime coat dan dilapisi kembali dengan hotmix. Pada beberapa titik tampak ada bekas potongan hotmix menggunakan alat pemotong hotmix. Namun hotmix itu tidak dibongkar dan diganti agregatnya tapi langsung disiram prime coat lalu dilapisi kembali dengan hotmix. Lapisan hotmixnya tampak sangat tipis seperti diplamir. Permukaan aspal juga tampak kasar dan bergelombang.
Diduga ini merupakan modus untuk menipu konsultan pengawas dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sehingga dibuat seolah-olah titik pecing tersebut telah dilakukan cutting/dipotong terlebih dahulu. Dugaan ini semakin kuat, ketika Tim Wartawan kembali menemukan beberapa titik dengan kondisi yang sama. Bahkan ada titik yang panjangnya mencapai puluhan meter dengan lebar sekitar 2 meter di daerah Kesidari menuju Kota Mbay yang menggunakan modus yang sama.
Penelusuran dilanjutkan hingga Kota Mbay. Tim menemukan adanya sekelompok kendaraan/alat berat untuk melakukan pekerjaan hotmix di Kota Mbay . Tampak 1 unit Finisher (penghampar hotmix, red) kecil berwarna orange dengan lebar sekitar 1,5 meter. Tampak juga 1 unit Pneumatic Tired Roller (penggilas lapisan hotmix) berukuran kecil berwarna orange. Ada juga 1 unit Tandem Roller/Walas kecil (dengan tonase sekitar 4 ton, red) yang biasanya digunakan untuk memadatkan trotoar/bahu jalan. Tak terlihat Vibrator Tandem Roller yang biasa digunakan untuk pekerjaan hotmix.
Tim wartawan mencoba menelusuri ruas jalan tersebut namun tidak menemukan adanya papan proyek. Namun informasi yang berhasil dihimpun Tim Wartawan dari Website resmi Kementerian PUPR, diketahui pekerjaan Ruas Gako-Danga-Nila-Marapokot tersebut masih satu paket dengan pekerjaan rehabilitasi jalan ruas Gako-Aegela yang dikerjakan oleh PT. BCTC. Tim. Yakni Paket Rehabilitasi Jalan Negara Ruas Gako-Aegela-Danga-Nila-Marapokot. Nilai proyek tersebut sekitar Rp 6,2 Milyar.
Direktur Utama (Dirut) PT. BCTC, Heng Kosmas yang dikonfirmasi via pesan WhatsApp/WA sejak Pukul 13.03 Wita siang tadi, belum memberikan respon walaupun pesan tersebut telah dibacanya beberapa saat kemudian.
Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 4.1, Satker 4 Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT, Frumensia Silvia yang dikonfirmasi Tim Media ini melalui pesan WA mengakui adanya kerusakan jalan yang baru selesai di-patching. “Yang di Aegela itu memang pecah dan akan diperbaiki kembali. Ini kami sedang minta dia perbaiki selagi dia produksi aspal baru sekalian di-patching,” ujarnya wanita yang akrab disapa Silvi.
Mengenai titik-titik patching di sekitar Agela-Raja yang kembali rusak setelah dikerjakan, Silvi menjelaskan, kontraktor telah menggantinya. “Kami sudah ganti karena itu tempat cucian mobil jadi rusak lagi dan semuanya pasti kami perbaiki lagi,” katanya.
Sedangkan adanya temuan sekitar 40 titik patching yang telah rusak kembali, Silvi mengatakan, kerusakan tersebut juga berasal dari pekerjaan patching tahun-tahun sebelumnya. “Ini juga ada pekerjaan tahun lalu yang rencana di-patching lagi pas mereka lagi produksi aspal. Semua titik itu sudah kami data untuk di-patching kembali karena ada juga pekerjaan tahun-tahun lalu yang memang rusak pas ada banjir beberapa bulan lalu,” jelasnya.
Menanggapi adanya temuan Tim Wartawan di Kesidari (ruas menuju Kota Mbay, red) Silvi mengatakan akan mengecek kembali di lapangan. “Di Kesidari yang retak itu nanti saya cek karena itu ada terlewat waktu kemarin patching awal. Yang di Kesidari sudah saya sampaikan perbaikan kembali,” tandasnya.
Tentang mobil/alat berat yang digunakan PT. BCTC untuk melaksanakan pekerjaan tersebut, Ia mengatakan, untuk pemadatan diperlukan alat (Tandem Roller, red) dengan tonase yang sesuai. “Finisher itu untuk penghamparan aspal, jadi kecil dan besar itu untuk lebar jalan,” jelas Silvi.
Terkait Tandem Roller, Silvi mempertanyakan besar/kecil Tandem Roller yang digunakan PT. BCTC. “Kalau untuk bahu jalan bukan yang begitu. Minta fotonya kalau ada,” pintanya.
Namun setelah dikirimi foto Tandem Roller dengan tonase sekitar 4 ton yang digunakan oleh PT. BCTC dalam pekerjaan preservasi jalan negara di Ruas Gako-Aegela-Danga-Nila-Marapokot tersebut, Silvi tidak memberikan penjelasannya.
Tim/NTT